Untuk lebih lengkapnya silahkan klik di sini
STUDY WITH BLOG
Rabu, 07 Januari 2015
Minggu, 14 Desember 2014
Sejarah Spekulatif Menurut Vico
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat sejarah
spekulatif mencari struktur dalam yang terkandung dalam proses sejarah dalam
keseluruhannya. Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan sifat
sifat sejarah. Biasanya ada tiga macam pertanyaan yang perlu dijawab, antara
lain:
(1) Irama
atau pola dalam proses sejarah;
(2) “Motor”
atau penggerak dari proses sejarah;
(3) Sasaran
atau tujuan dari proses sejarah.
Pada zaman abad
klasik dan zaman modern terdapat persamaan pemikiran, yaitu sama-sama
mewujudkan pimikiran filsafat yang bersifat positif untuk membangkitkan dunia
pemikiran filsafat seperti rasionalisme, subyektivistme, dan individualisme.
Dunia filsafat pada abad klasik sejalan dangan abad modern mempunyai satu
tujuan, yaitu menghidupkan kembalu pemikiran-pemikiran yang rasionalis
berdasarkan empiris yang bersifat positif. Namun pada abad pertengahan,
pemikiran filsafat terdominasi oleh ajaran gereja dan kebebasan berpikir sangat
terbatas, perkembangan iptek juga sulit serta perkembangan filsafat menjadi
terhambat. Kemudian muncul lah zaman modern, dimana pada zaman ini dihidupkan
kembali rasionalisme keilmuan, humanism, dan lepas dari pengaruh gejera.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana
biografi seorang Vico?
1.2.2 Bagaimanakah
pandangan sejarah spekulatif modern menurut Vico?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui bagaimana biografi
seorang filosof bernama Giovanni
Batistta Vico;
1.3.2 Untuk
mengetahui pemikiran Vico terhadap sejarah spekulatif.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Giovanni Batistta Vico
Giovanni
Batistta Vico adalah seorang tokoh yang hidup pada masa transisi antara abad
pertengahan dan abad modern. Beliau lahir di Itali pada 23 Juni 1668 dan
meninggal di Naples pada 23 Januari 1744. Vico adalah seorang ahli filsafat
atau filsuf politik dari Itali, beliau juga ahli pidato, sejarawan, dan ahli
hukum.
Vico
sering disebut sebagai filosof yang memiliki filsafat sejarah modern. Vico
mengikuti serangkaian sekolah tata bahasa tetapi beliau sakit dan akhirnya
mengikuti program home schooling.
Setelah mengalami masa sakit tersebut pada 1686, Vico menerima posisi les di
Votalla (sebuah Frazione dari pemerintah ataupun dari Perdifumo), selatan
Salerno yang akan berlangsung selama Sembilan tahun. Pada 1699 beliau menikah
dengan seorang teman masa kecilnya yang bernama Teresa Destito, dan mengambil
bangku dalam retorika di Unieversitas Naples. Pada tahun 1734 beliau diangkat
menjadi penulis sejarah kerajaan oleh
raja Naples yang bernama Charless III, dan diberikan gaji besar yang
jauh melebihi dari gaji seorang professor. Vico mempertahankan jabatan
rektorika sampai kesehatannya menurun dan jatuh sakit, sehingga memaksanya
untuk pensiun pada 1714.
2.2 Pandangan Sejarah Spekulatif
Modern Menurut Vico
Menurut
Vico, sejarah kemanusiaan bias diletakkan di bawah interpretasi ilmiah yang
teliti. Ia dalam karyanya The New Science,
berusaha menguraikan sebab-sebab terjadinyaperubahan kulturan yang menimpa
masyarakat manusia. Akibatnya ia menyimpulkan
bahwa masyarakat manusia melalui fase-fase pertumbuhan, perkembangan,
kehancuran tertentu. Sebab di antara watak manusia timbul gejala-gejala
tersebut pada kondisi tertentu dan sesuai dengan system-siystem tertentu. Jadi
setiap kali kondisi itu terpenuhi, gejala-gejala itu pun akan timbul. Selain
itu Vico berpendapat bahwa masyarakat manusia melewati berbagai lingkaran
kultural, beralih dari kehidupan barbar ke kehidupan berbudaya atas tuntutan
Ilahi. Akan tetapi, ciri yang menandai teori Vico tentang sejarah adalah
keyakinannya bahwa berbagai aspek kebudayaan suatu masyarakat dalam fase mana
pun dari sejarahnya membentuk pola-pola sama yang saling berkaitan satu sama
lain secara substansial dan esensial. Jadi, apabila dalam suatu masyarakat
berkembang suatu aliran seni atau keagamaan tententu, berkembang pula pola-pola
tertentu dari sistem-sistem politik, ekonommi, hukum, pikiran, dan sebagainya.
Teori
Vico ini mempunyai dampak terhadap filsuf sejarah berikutnya seperti Hegel,
Herder, dan Karl Max. Aliran Vico tentang daur kebudayaan ini pun ditegakkan di
dalam masyarakat. Sebab ia menjadikan daur kulturalnya satu sama lainnya saling
berulang. Akan tetapi, perulangan tersebut tidak berarti bahwa sejarah
mengulang dirinya sendiri atau kembali pada titik yang sama. Sebab, perjalanan
sejarah bukan seperti roda yang berputar mengitari dirinya, jika sejaran
berputar mengitari dirinya maka memungkinkan seorang filsuf dapat meramal
kejadian dimasa mendatang yang sama. Menurut Vico, sejarah berputar dalam
gerakan spiral yang mendaki dan selalu naik memperbaharui diri, dapat
digambarkan layaknya orang mendaki gunung yang mengitar dari bawah ke atas.
Setiap lingkaran selanjutnya lebih tinggi disbanding lingkaran sebelumnya.
Pembaharuan diri secara terus menerus dari gerak sejarah inilah yang menjadi
ciri teori Vico yang membedakannya dari teori-teori tentar daur kultural
sejarah.
Teori
ini konsisten dengan suatu metode yang tegar tentang gerak ulang sejarah, yang
melempangkan jalan untuk berpendapat tentang kemungkinan dapat dilakukannya
peramalan dalam kajijan sejarah dan sulit menerima ide kemajuan, seperti
menurut Plato dan Machiavelli. Masyarakat menusia menurut Vico bergerak melalui
fase-fase perkembangan tertentu yang berakhir dengan kemunduran dan selanjutnya
mulai lagi dari fase yang awal dan begitu seterusnya. Dengan demikian,
lingkaran-lingkaran sejarah menurut Vico dalam pendakian yang terus menerus
terjalin erat dengan kemanusiaan. Dalam setiap lingkaran, pola-pola budaya yang
berkembang dalam masyarakat baik agama, politik, seni, sastra, hukun, dan
filsafat saling terjadi secara organis dan internal, sehingga masing-masing
lingkaran itu memiliki corak kultural, khususnya yang merembes ke dalam
berbagai ruang lingkup kulturalnya.
Atas
dasar itu Vico mebagi sejarah kemanusiaan menjadi tiga fase yang
berkesinambungan, yaitu fase teologis, fase herois, dan fase humanistis. Fase
selanjutnya menurut Vico lebih tinggi dari pada fase sebelumnya.
1. Fase
Ketuhanan (Teologis).
Masa ini bermula pada waktu suatu bangsa
mulai meninggalkan secara bertahap kehidupan primitif sebelumnya, untuk masuk
pada masa ketuhanan. Masa ini sendiri diwarnai dengan berkembangnya berbagai
khurafat dan rasa takut terhadap fenomena-fenomena alam yang dipandang sebagai
kehendak Ilahi, baik yang menunjukkan kemarahan-Nya atau keridhaan-Nya. Selain
itu masa ini juga didominasi oleh ide ruh baik dan ruh jahat yang menentukan
nasib manusia . Lebih jauh lagi masa ini adalah masa mitologi animistis yang dikendalikan
oleh kekuasaan-kekuasaan kependetaan yang menyatakan bahwa hak-haknya dalam
melaksanakan apa yang dipandangnya sebagai hukum didasarkan pada kehendak
tertinggi Ilahi.
2. Fase
Pahlawan (Herois).
Fase ini bermula pada waktu masyarakat
masa ketuhanan bersatu dan masuk pada kesatuan yang lebih besar guna menghadapi
bahaya luar atau disintegrasi internal. Pada fase ini watak manusia begitu
didominasi cinta kepada kepahlawanan dan pemujaan kekuatan, agama, sastera, dan
filsafat mengambil corak mitologis khusus. Sementara kekuasaan pada masa ini
telah beralih dari tangan para pendeta dan tokoh agama ke tangan panglima
perang dan ksatria. Dalam kondisi yang demikian kekuatan menjadi hukum yang
berlaku dan kekuatan bersenjata yang menentukan kebenaran.
3. Fase
Humanistis.
Masa ini diwarnai dengan demokrasi,
pengakuan kesamaan manusia, dan keruntuhan sistem otoriter. Ini adalah masa
rasional yang mempercayai manusia dan berupaya untuk menguasai alam di mana
fenomena-fenomenanya kini dipandang erat kaitannya dengan amarah dan keridhaan
Tuhan. Namun dalam masa ini, menurut Vico, terkandung benih keruntuhan dan
kehancuran. Sebab demokrasi dan pernyataan persamaan anggota-anggota masyarakat
segera akan mendorong rakyat awam mempunyai sikap yang ekstrem dalam menuntut
hak-hak mereka yang secara bertahap kemudian mereka peroleh. Tapi ini membuat
semakin meningkatnya konflik antara kelas masyarakat, bukannya meredakannya,
sehingga melemahkan hubungan-hubungan tradisional antara kelas-kelas itu dan
membangkitkan keraguan terhadap sebagian nilai-nilai tradisional yang diterima
tradisi-tradisi sosial yang diakui. Akibatnya adalah terjadi disintegrasi dan
kerusuhan yang merupakan pertanda berakhiriya daur kebudayaan seluruhnya.
Teori
Vico ini mendapat banyak kritikan, misalnya beberapa pengkaji menyatakan bahwa
pembagian teori Vico atas perkembangan kesadaran manusia menjadi tiga fase
tersebut merupakan penyederhanaan terhadap realitas sejarah, padahal fase-fase
itu saling berjalin dan ciri-ciri setiap fase sering terdapat pada fase lain.
Oleh karena itu, Crouzet berpendapat bahwa penerapan teori itu harus ada
perkecualian. Ahli lain mengatakan bahwa ide Vico tentang tuntutan Ilahi dan
perannya dalam sejarah tidak jelas dan menimbulkan keraguan. Ia juga menyatakan
bahwa tidak semua pendapat Vico merupakan hasil
pengujian yang nyata dan banyak di antara pendapatnya itu tidak lepas
dari fanatisme.
Meskipun
banyak kritik terhadap pendapat Vico, dalam penilaianbanyak ahli, Vico teteap
dipandang sebagai bapak sejarah. Paling rendah, ia dipangdang sebagai salah seorang pengasas kajian historis pada
zaman modern. Karena itu dapat dikatakan bahwa dedikasinya terhadap sejarah
sebanding dengan dedikasi Bacon terhadap metode penelitian fisika dan dedikasi
Auguste Comte terhadap sosiologi.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Giovanni
Batistta Vico adalah seorang tokoh yang hidup pada masa transisi antara abad
pertengahan dan abad modern. Beliau lahir di Itali pada 23 Juni 1668 dan
meninggal di Naples pada 23 Januari 1744. Vico adalah seorang ahli filsafat
atau filsuf politik dari Itali, beliau juga ahli pidato, sejarawan, dan ahli
hukum.
Vico
berpemikiran bahwa sejarah mengalami perulangan, tetapi perulangan yang
dimaksud tidak kembali pada titik awal, melainkan menuju ke titik yang lebih
tinggi. Vico juga membagi sejarah kemanuisaan menjadi tiga fase, yaitu
ketuhanan, perjuangan, dan humanistis.
Daftar Pustaka
Ankersmit,
F.R. 1987. Refleksi tentang Sejarah.
Jakarta: Gramedia
Hasbullah,
Moeflih dan Dedi Supriyadi. 2012. Filsafat
Sejarah. Bandung: Pustaka Setia
Rochmat,
Saefur. 2009. Ilmu Sejarah dalam
Perspektif Ilmu Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu
Homaniora.wordpress.com/2012/12/17/tokoh-tokoh-filosof-sejarah/
JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
Menurut Rudy Brets, ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu :
- Media audio visual gerak, seperti : Film bersuara, film pada televisi, Televisi dan animasi.
- Media audio visual diam, seperti : Slide.
- Audio semi gerak, seperti : tulisan bergerak bersuara.
- Media visual bergerak, seperti : Film bisu.
- Media visual diam, seperti : slide bisu, halaman cetak, foto.
- Media audio, seperti : radio, telephon, pita audio.
- Media cetak, seperti : buku, modul.
Anderson (1976) mengelompokkan media menjadi 10 golongan sbb :
Dari beberapa pengelompokan di atas, dapat disimpulkan bahwa media terdiri dari :
- Media Visual : yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti : foto, gambar, poster, kartun, grafik dll.
- Media Audio : media yang hanya dapat didengar saja, seperti : kaset audio, mp3, radio.
- Media Audio Visual : media yang dapat didengar sekaligus dilihat, seperti : film bersuara, video, televise, sound slide.
- Multimedia : media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap, seperti : animasi. Multimedia sering diidentikan dengan komputer, internet dan pembelajaran berbasis komputer.
- Media Realita : yaitu media nyata yang ada di dilingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti : binatang, spesimen, herbarium dll.
Selasa, 09 Desember 2014
PERMASALAHAN PENYIMPANAN ARSIP
PERMASALAHAN DALAM PENYIMPANAN
ARSIP
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian
Tengah Semester mata kuliah Kearsipan dan Dokumentasi
ARTIKEL
Oleh
Jauhari Majid
130210302083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Saya telah meneliti atau mengobservasi
permasalahan dalam penyimpanan arsip di Kantor Perpustakaan, Arsip dan
Dokumentasi pada bagian Seksi Arsip dan Dokumentasi di Jalan Dharmawangsa No.
176 Kaliwining, Rambipuji, Kabupaten Jember. Saya melakukan observasi pada hari
Jumat tanggal 21 November 2014 pada pukul 13.00.
Disana saya berwawancara dengan salah
satu petugas yang sedang piket, saya mengajukan beberapa pertanyaan tentang
arsip tersebut. Hasil wawancara itu saya tulis disini berupa artikel.
Sebelum menuju pembahasan kita harus
tau dulu apa saja cara yang digunakan untuk menyimpan arsip. Sistem penyimpanan
arsip adalah suatu proses kegiatan mulai dari penerimaan, pencatatan,
penyimpanan dengan menggunakan suatu system tertentu, menemukan kembali dengan
cepat suatu arsip.
Ada
beberapa macam sistem penyimpanan arsip, yaitu:
1)
Penyimpanan
arsip sesuai abjad
Merupakan sistem penyimpanan berdasarkan abjad
alphabet, disusun mulai dari A sampai Z,
Aa sampai Zz dan seterusnya. Misalnya penyimpanan berdasar nama orang.
2)
Penyimpanan
arsip sesuai pokok permasalahan
Merupakan sistem penyimpanan berdasarkan pokok atau
jenis permasalahan yang ada pada kantor arsip tersebut. Penyimpanan berdasarkan
pendidikan.
3)
Penyimpanan
arsip sesuai nomor
Merupakan sistem penyimpanan yang berdasar nomor
pada waktu arsip tensebut masuk.
4)
Penyimpanan
arsip sesuai sistem wilayah
Merupakan sistem penyimpanan berdasarkan wilayah,
jika di kabupaten, maka penyimpanan wilayah terdiri dari kecamatan.
5)
Penyimpanan
arsip sistem tanggal
Meripakan sistem penyimpanan pada saat tanggal arsip
tersebut masuk. Otomatis tanggal yang lama berada di urutan terakhir.
Pada Kantor Seksi Arsip dan Dokumentasi
di Kabupaten Jember menggunakan sistem penyimpanan sesuai wilayah dan pokok
permasalahan. Penyimpanan berdasarkan wilayah disana berdasarkan setiap
kecamatan, misalnya kecamatan Rambipuji, Banjarsari, dan lain-lain. Sedangkan
penyimpanan sesuai pokok permasalahan menyimpan beberapa jenis yang di simpan,
misalnya tentang pendidikan, surat-surat tanah, jumlah penduduk yang lahir
maupun meninggal, dan lain-lain.
Artinya setiap kecamatan memiliki suatu box
penyimpanan arsip tersendiri dan setiap kecamatan pasti memiliki permasalahan,
misalnya tentang pendidikan, surat-surat berharga, dan lain-lain. Misalnya pada
kecamatan Rambipuji menyimpan sebuah arsip tentang pendidikan, maka box
tersebut akan diberi nama sesuai wilayahnya dan sesuai pokok permasalahannya,
contohnya Pendidikan – Rambipuji.
Penyimpanan di kantor arsip tersebut
menggunakan lemari atau rak buku tempat penyimpanan arsip. Lemari tersebut
terdiri dari lemari dorong dan lemari biasa. Lemari atau rak tersebut terbuat
dari besi atau alumunium.
Permasalahan yang ada di kantor
tersebut menurut petugas piket hampir tidak ditemukan masalah dalam
penyimpanan. Hal ini dikarenakan pusat arsip tersebut dijaga betul dan
diperhatikan perawatan dan pemeliharaannya. Menurut petugas yang saya
wawancarai biasanya yang sering terjadi masalah adalah di arsip bagian desa,
karena di desa tersebut alat ataupun sarana kurang.
Sehingga
proses penyimpanan biasanya tidak terlalu diperhatikan sehingga terjadi
permasalahan-permasalahan pada penyimpanan arsip. Di kantor arsip tersebut juga
di adakan proses ”fumigasi” setiap dua tahun sekali, sehingga kecil kemungkinan
arsip tersebut rusak atau mengalami permasalahan. Proses fumigasi dilakukan di
Surabaya.
Fumigasi adalah salah satu cara
perawatan dokumen atau arsip yang telah melebihi batas umurnya, proses fumigasi
merupakan tindakan terhadap semua macam pengganggu baik serangga ataupun yang
lain dengan menggunakan fumigant di dalam ruang yang kedap gas udara pada suhu
dan tekanan udara tertentu. Keuntungan dari proses Fumigasi ini adalah dokumen
atau arsip akan terlindungi dari serangan serangga perusak kertas, misalnya
rayap. Namun kerugiannya juga lumayan besar, salah satunya merusak lapisan
ozon, karena fumigan adalah sejenis bahan kimia yang cukup merusak dan
menimbulkan polusi pada udara.
Atas alasan itulah petugas kantor arsip
tersebut mengatakan bahwa selama beliau bekerja belum ada permasalahan dalam
penyimpanan arsip yang dilakukan di Kantor Seksi Arsip dan Dokumentasi
tersebut.
Tetapi beliau menjelaskan bahwa ada beberapa
permasalahan yang mungkin bisa terjadi dalam penyimpanan arsip, antara lain:
1) Dimakan
serangga
2) Terkena
air
3) Tempat
lembap
4) Dokumen
jarang dibuka
5) Dokumen
terlalu sering dibuka
6) Kualitas
Kertas
Beberapa
permasalahan di atas juga ada sebabnya;
1) Dimakan
serangga
Permasalahan ini terjadi karena cara penyimpanan
yang kurang memadahi, misalnya lemari masih terbuka, dan masih menggunakan
bahan terbuat dari kayu.
2) Terkena
air
Terkena air disini yang dimaksud bisa air pada saat
memegang tangan kita basah atau air hujan karena tempat penyimpanan tersebut
bocor. Dokumen yang terkena air jika tidak diketahui oleh petugas akan
melengketkan kertas yang satu dengan yang lain, ataupun jika diketahui jangan
harus dibersihkan, karena kertas yang terkena air pasti mudah sobek, jadi harus
di tunggu beberapa saat.
3) Tempat
lembab
Tempat lembab juga mempengaruhi arsip, karena tempat
yang lembap dapat menimbulkan bekas pada kertas, jika kelembapannya tinggi bisa
jadi memunculkan semacam jamur pada kertas tersebut.
4) Dokumen
jarang dibuka
Dokumen atau arsip bisa mengalami kerusakan dalam
hal yang sepele, misalnya saja jangan dibuka. Banyak orang beranggapan bahwa
barang berharga yang berupa tulisan tidak boleh dibuka karena isinya penting
dan berharga, namun kenyataannya jika dokumen atau buku atau arsip bila tidak
pernah dibuka akan lengket halaman yang satu dan halaman yang lain. Ini yang
membuat kerusakan pada arsip, bisa saja dipisahkan kembali, tetapi resikonya
terdapat pada tulisan yang pudar atau bahkan kertasnya yang sobek.
5) Dokumen
sering dibuka
Kali ini merupakan kebalikan yang sebelumnya, yaitu
dokumenn sering dibuka. Terlalu sering dibuka juga mengakibatkan kerussakan,
karena jika dokumen terus dibuka akan melemah pada perekatnya, terlebih
dokumen-dokumen lama yang belum begitu canggih alat yang di pakai untuk
membuat. Sekiranya tidak mencakup hal yang penting sebaiknya jangan membuka
arsip seenaknya, karena resikonya sobek atau lepas dari perekatnya.
6) Kualitas
kertas
Kualitas kertas pasti mempengaruhi, karena semua
tulisan pasti ditulis diatas kertas. Dokumen terdahulu sudah sangat jelas bahwa kertas yang
digunakan juga yang tidak terlalu bagus dan mudah sobek. Tidak jarang jika
banyak arsip atau dokumen yang sobek jika tidak dirawat dengan baik.
Beberapa
masalah dalam penyimpanan arsip diatas yang biasanya terjadi pada penyimpanan
di kantor desa.
Sedangkan
petugasnya menjelaskan bahwa di Kantor Arsip Kabupaten jarang sekali terjadi
kesalahan atau permasalahan yang terjadi padan saat penyimpanan arsip.
Tetapi secara tidak langsung saya
melihat beberapa kesalahan atau permasalahan dalam penyimpanan arsip pada saat
melakukan observasi di Kantor Seksi Arsip dan Dokumentasi. Permasalahannya
antara lain:
1)
Kurangnya
ruang atau gedung penyimpanan arsip
Disini terlihat jelas bahwa tempat atau gedung di
Kantor Seksi Arsip dan Dokumentasi tersebut kekurangan tempat. Jadi gedung yang
dimiliki memang sangat terbatas dengan jumlah arsip atau dokumen yang begitu
banyak. Memang hal ini pasti berhubungan dengan dana yang diberikan pemerintah
pada pusat arsip tersebut.
Maka otomatis
sarana dan prasarana dalam kantor arsip sangat terbatas. Padahal jika
ditelusuri lagi kantor arsip tersebut sangat penting karena mencakup data-data
penting antar kacamatan di Jember. Terbayang jika tidak ada arsip di pusat
Jember, mungkin akan sulit menelusuri kecamatan satu persatu jika ingin
memperoleh suatu informasi.
Solusi yang
dilakukan:
Kantor arsip tersebut terpaksa meletakkan arsip dan
dokumen yang tidak cukup di luar ruang arsip, ada yang diletakkan di dekat
ruang tamu dan ada yang diletakkan diantara jalan didalam kantor arsip
tersebut. Solusi ini memang sangat miris, karena hal yang penting, sesuatu yang
penting bisa terlantarkan begitu saja diruang terbuka, padahal arsip dan
dokumen itu adalah barang berharga yang mustinya diletakkan ditempat yang layak
dan aman. Tetapi kembali lagi karena faktor kurangnya anggaran yang dikeluarkan
untuk kantor arsip tersebut, Bagaimana lagi jika tidak memungkinkan maka
terpaksa melakukan cara tersebut.
2)
Kurangnya
lemari atau rak tempat penyimpanan
Jika ruang atau gedung untuk menyimpan arsip kurang,
otomatis lemari atau rak penyimpanannya juga kurang. Karena lemari atau rak
terletak dalam satu ruangan khusus penyimpanan arsip. Kurangnya kemari ini juga
membuat penyusunan arsip semakin susah untuk diketahui, karena memang letaknya
juga tidak didalam lemari atau rak. Otomatis letaknya akan tidak sesuai pada
prosedur penyimpanan. Dan juga akan mudah dipindahkan baik sengaja atau tidak
sengaja oleh seseorang, tidak menuntuk kemungkinan ada orang iseng yang
membuang arsip tersebut karena letaknya tidak pada tempat yang aman.
Solusi yang
dilakukan:
Solusi yang dilakukan untuk kurangnya lemari juga
sama mirisnya dengan kurangnya ruang atau gedung yang telah saya jelaskan tadi.
Untuk kurangnya lemari atau rak dapat diatasi dengan
memasukan pada kotak semacam kardus bisa juga plastik ataupun besi. Tetapi pada
kantor arsip yang saya kunjungi disimpan didalam kotak kardus. Kotak kardus ini
dalam kondisi terbuka, maka tidak menuntut kemungkinan terkenanya
kotoran-kotoran ataupun dimakan serangga
3)
Tidak
sistematis penyimpanannya
Masalah yang ini juga bisa terjadi karena
faktor-faktor diatas, Karena ruangnya kurang dan kurang lemari juga akan
menimbulkan masalah baru, misalnya tidak sistematis penyimpanannya. Hal ini
dikarenakan sering berpindah tempat arsip yang tidak memiliki ruang dan lemari
tersebut. Entah dipindahkan karena dibersihkan atau agar terhindar dari masalah
lain. Arsip yang sering dipindahkan juga akan menyulitkan jika ingin mencari,
juga tidak menuntut kemungkinan arsip atau dokumen tersebut hilang atau berada
pada tempat yang tidak semestinya.
Solusi yang
dilakukan:
Untuk mengatasi masalah tersebut dan untuk
menghindari kesalahan atau kehilangan atau tidak urutnya arsip maka diberi
label atau nama dan pokok permasalahan arsip pada box penyimpanan tadi.
Misalnya arsip tentang kependudukan kecamatan Rambipuji, maka ditulislah
Penduduk-Rambipuji. Disanalah cara yang digunakan untuk mengatasi kesalahan
dalam penyimpanan atau perpindahan tempat arsip tersebut. Dengan demikian
meskipun berpindah tempat makan tidak akan mengalami kesulitan untuk mencari
sebuah arsip tertentu.
4)
Lembab
dan juga menjamurnya arsip atau dokumen yang berada dilantai
Sudah saya jelaskan tadi diatas bahwa ada arsip yang
letaknya dilantai, itu tidak menuntut kemungkinan terjadi kelembapan pada
kertas karena tidak muatnya ruang tadi dan ditempatkan dibox kardus.
Memang jika dalam waktu singkat mungkin tidak akan
terjadi kelembapan, tetapi jika terlalu lama dan sekarang juga musim hujan
pasti lantai akan dingin dan bisa terjadi kelembapan. Jika petugas mengetahui
arsip tersebut lembab maka akan segera ditindak lanjuti, tetapi jika tidak
diketahui maka arsip tersebut akan menjamur dan akan merusak pada kertas.
Solusi yang
dilakukan:
Untuk mengatasi masalah yang satu ini memang belum
ada tindakan yang dilakukan oleh petugas arsip tersebut. Tetapi saya memiliki
pendapat untuk mengatasi masalah yang diatas, misalnya:
a) Memberi alas pada arsip yang berapa
dilantai
Dengan
member alas maka arsip tidak langsung terhubung dengan lantai, dengan demikian
memungkinkan untuk mencegah kelembapan pada arsip atau dokumen yang berapa
dilantai.
b) Mengecek rutin arsip tersebut
Dengan mengecek
rutin arsip entah satu bulan sekali atau dua bulan sekali maka kecil
kemungkinan untuk terjadi kelembapan, karena dengan mengecek jika ditemukan
kelembapan akan segera ditindak lanjuti atau dipindahn ke tempat yang lebih
memungkinkan.
Beberapa permasalah arsip yang ada di
Kantor Seksi Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Jember ini menurut pengamatan dan
analisis saya, karena petugasnya sendiri tidak terlalu jelas dalam menjelaskan,
dan tidak terlalu detail mengerti tentang permasalahan penyimpanan arsip. Tetapi
beliau menjelaskan ada beberapa penyebab rusaknya arsip yang pernah terjadi di
kantor tersebut. Seperti yang telah di jelaskan di atas, yaitu:
1) Dokumen
terlalu jarang dibuka
Dokumen atau arsip bisa mengalami kerusakan dalam
hal yang sepele, misalnya saja jangan dibuka. Banyak orang beranggapan bahwa
barang berharga yang berupa tulisan tidak boleh dibuka karena isinya penting
dan berharga, namun kenyataannya jika dokumen atau buku atau arsip bila tidak
pernah dibuka akan lengket halaman yang satu dan halaman yang lain. Ini yang
membuat kerusakan pada arsip, bisa saja dipisahkan kembali, tetapi resikonya
terdapat pada tulisan yang pudar atau bahkan kertasnya yang sobek.
Solusi yang
digunakan:
Tentu saja solusinya harus rajin mengecek atau
menentukan jadwal pengecekan rutin agar arsip atau dokumen tersebut tidak
lengket terlebih pada musim hujan, siapa tau tempat menyimpan arsip atau
dokumen tersebut lembab, jadi tidak sampai lengket. Dan juga harus dibersihkan
sampul maupun tempat menyimpannya agar orang tidak malas untuk membuka atau
menbaca.
2) Dokumen
terlalu sering dibuka
Kali ini merupakan kebalikan yang sebelumnya, yaitu
dokumenn sering dibuka. Terlalu sering dibuka juga mengakibatkan kerusakan,
karena jika dokumen terus dibuka akan melemah pada perekatnya, terlebih
dokumen-dokumen lama yang belum begitu canggih alat yang di pakai untuk
membuat. Sekiranya tidak mencakup hal yang penting sebaiknya jangan membuka
arsip seenaknya, karena resikonya sobek atau lepas dari perekatnya.
Solusi yang
digunakan:
Solusi untuk dokumen yang sering dibuka sangat
berlawanan dengan yang jarang dibuka. Petugas harus membatasi siapa yang hendak
membaca, maksudnya jika sekiranya tidak terlalu penting tidak perlu membuka
arsip atau dokumen tersebut. Hal ini ditujukan untuk menghindari kerusakan yang
mungkin bisa terjadi karena arsip atau dokumen terlalu sering dibuka.
Langganan:
Postingan (Atom)