BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat sejarah
spekulatif mencari struktur dalam yang terkandung dalam proses sejarah dalam
keseluruhannya. Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan sifat
sifat sejarah. Biasanya ada tiga macam pertanyaan yang perlu dijawab, antara
lain:
(1) Irama
atau pola dalam proses sejarah;
(2) “Motor”
atau penggerak dari proses sejarah;
(3) Sasaran
atau tujuan dari proses sejarah.
Pada zaman abad
klasik dan zaman modern terdapat persamaan pemikiran, yaitu sama-sama
mewujudkan pimikiran filsafat yang bersifat positif untuk membangkitkan dunia
pemikiran filsafat seperti rasionalisme, subyektivistme, dan individualisme.
Dunia filsafat pada abad klasik sejalan dangan abad modern mempunyai satu
tujuan, yaitu menghidupkan kembalu pemikiran-pemikiran yang rasionalis
berdasarkan empiris yang bersifat positif. Namun pada abad pertengahan,
pemikiran filsafat terdominasi oleh ajaran gereja dan kebebasan berpikir sangat
terbatas, perkembangan iptek juga sulit serta perkembangan filsafat menjadi
terhambat. Kemudian muncul lah zaman modern, dimana pada zaman ini dihidupkan
kembali rasionalisme keilmuan, humanism, dan lepas dari pengaruh gejera.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana
biografi seorang Vico?
1.2.2 Bagaimanakah
pandangan sejarah spekulatif modern menurut Vico?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui bagaimana biografi
seorang filosof bernama Giovanni
Batistta Vico;
1.3.2 Untuk
mengetahui pemikiran Vico terhadap sejarah spekulatif.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Giovanni Batistta Vico
Giovanni
Batistta Vico adalah seorang tokoh yang hidup pada masa transisi antara abad
pertengahan dan abad modern. Beliau lahir di Itali pada 23 Juni 1668 dan
meninggal di Naples pada 23 Januari 1744. Vico adalah seorang ahli filsafat
atau filsuf politik dari Itali, beliau juga ahli pidato, sejarawan, dan ahli
hukum.
Vico
sering disebut sebagai filosof yang memiliki filsafat sejarah modern. Vico
mengikuti serangkaian sekolah tata bahasa tetapi beliau sakit dan akhirnya
mengikuti program home schooling.
Setelah mengalami masa sakit tersebut pada 1686, Vico menerima posisi les di
Votalla (sebuah Frazione dari pemerintah ataupun dari Perdifumo), selatan
Salerno yang akan berlangsung selama Sembilan tahun. Pada 1699 beliau menikah
dengan seorang teman masa kecilnya yang bernama Teresa Destito, dan mengambil
bangku dalam retorika di Unieversitas Naples. Pada tahun 1734 beliau diangkat
menjadi penulis sejarah kerajaan oleh
raja Naples yang bernama Charless III, dan diberikan gaji besar yang
jauh melebihi dari gaji seorang professor. Vico mempertahankan jabatan
rektorika sampai kesehatannya menurun dan jatuh sakit, sehingga memaksanya
untuk pensiun pada 1714.
2.2 Pandangan Sejarah Spekulatif
Modern Menurut Vico
Menurut
Vico, sejarah kemanusiaan bias diletakkan di bawah interpretasi ilmiah yang
teliti. Ia dalam karyanya The New Science,
berusaha menguraikan sebab-sebab terjadinyaperubahan kulturan yang menimpa
masyarakat manusia. Akibatnya ia menyimpulkan
bahwa masyarakat manusia melalui fase-fase pertumbuhan, perkembangan,
kehancuran tertentu. Sebab di antara watak manusia timbul gejala-gejala
tersebut pada kondisi tertentu dan sesuai dengan system-siystem tertentu. Jadi
setiap kali kondisi itu terpenuhi, gejala-gejala itu pun akan timbul. Selain
itu Vico berpendapat bahwa masyarakat manusia melewati berbagai lingkaran
kultural, beralih dari kehidupan barbar ke kehidupan berbudaya atas tuntutan
Ilahi. Akan tetapi, ciri yang menandai teori Vico tentang sejarah adalah
keyakinannya bahwa berbagai aspek kebudayaan suatu masyarakat dalam fase mana
pun dari sejarahnya membentuk pola-pola sama yang saling berkaitan satu sama
lain secara substansial dan esensial. Jadi, apabila dalam suatu masyarakat
berkembang suatu aliran seni atau keagamaan tententu, berkembang pula pola-pola
tertentu dari sistem-sistem politik, ekonommi, hukum, pikiran, dan sebagainya.
Teori
Vico ini mempunyai dampak terhadap filsuf sejarah berikutnya seperti Hegel,
Herder, dan Karl Max. Aliran Vico tentang daur kebudayaan ini pun ditegakkan di
dalam masyarakat. Sebab ia menjadikan daur kulturalnya satu sama lainnya saling
berulang. Akan tetapi, perulangan tersebut tidak berarti bahwa sejarah
mengulang dirinya sendiri atau kembali pada titik yang sama. Sebab, perjalanan
sejarah bukan seperti roda yang berputar mengitari dirinya, jika sejaran
berputar mengitari dirinya maka memungkinkan seorang filsuf dapat meramal
kejadian dimasa mendatang yang sama. Menurut Vico, sejarah berputar dalam
gerakan spiral yang mendaki dan selalu naik memperbaharui diri, dapat
digambarkan layaknya orang mendaki gunung yang mengitar dari bawah ke atas.
Setiap lingkaran selanjutnya lebih tinggi disbanding lingkaran sebelumnya.
Pembaharuan diri secara terus menerus dari gerak sejarah inilah yang menjadi
ciri teori Vico yang membedakannya dari teori-teori tentar daur kultural
sejarah.
Teori
ini konsisten dengan suatu metode yang tegar tentang gerak ulang sejarah, yang
melempangkan jalan untuk berpendapat tentang kemungkinan dapat dilakukannya
peramalan dalam kajijan sejarah dan sulit menerima ide kemajuan, seperti
menurut Plato dan Machiavelli. Masyarakat menusia menurut Vico bergerak melalui
fase-fase perkembangan tertentu yang berakhir dengan kemunduran dan selanjutnya
mulai lagi dari fase yang awal dan begitu seterusnya. Dengan demikian,
lingkaran-lingkaran sejarah menurut Vico dalam pendakian yang terus menerus
terjalin erat dengan kemanusiaan. Dalam setiap lingkaran, pola-pola budaya yang
berkembang dalam masyarakat baik agama, politik, seni, sastra, hukun, dan
filsafat saling terjadi secara organis dan internal, sehingga masing-masing
lingkaran itu memiliki corak kultural, khususnya yang merembes ke dalam
berbagai ruang lingkup kulturalnya.
Atas
dasar itu Vico mebagi sejarah kemanusiaan menjadi tiga fase yang
berkesinambungan, yaitu fase teologis, fase herois, dan fase humanistis. Fase
selanjutnya menurut Vico lebih tinggi dari pada fase sebelumnya.
1. Fase
Ketuhanan (Teologis).
Masa ini bermula pada waktu suatu bangsa
mulai meninggalkan secara bertahap kehidupan primitif sebelumnya, untuk masuk
pada masa ketuhanan. Masa ini sendiri diwarnai dengan berkembangnya berbagai
khurafat dan rasa takut terhadap fenomena-fenomena alam yang dipandang sebagai
kehendak Ilahi, baik yang menunjukkan kemarahan-Nya atau keridhaan-Nya. Selain
itu masa ini juga didominasi oleh ide ruh baik dan ruh jahat yang menentukan
nasib manusia . Lebih jauh lagi masa ini adalah masa mitologi animistis yang dikendalikan
oleh kekuasaan-kekuasaan kependetaan yang menyatakan bahwa hak-haknya dalam
melaksanakan apa yang dipandangnya sebagai hukum didasarkan pada kehendak
tertinggi Ilahi.
2. Fase
Pahlawan (Herois).
Fase ini bermula pada waktu masyarakat
masa ketuhanan bersatu dan masuk pada kesatuan yang lebih besar guna menghadapi
bahaya luar atau disintegrasi internal. Pada fase ini watak manusia begitu
didominasi cinta kepada kepahlawanan dan pemujaan kekuatan, agama, sastera, dan
filsafat mengambil corak mitologis khusus. Sementara kekuasaan pada masa ini
telah beralih dari tangan para pendeta dan tokoh agama ke tangan panglima
perang dan ksatria. Dalam kondisi yang demikian kekuatan menjadi hukum yang
berlaku dan kekuatan bersenjata yang menentukan kebenaran.
3. Fase
Humanistis.
Masa ini diwarnai dengan demokrasi,
pengakuan kesamaan manusia, dan keruntuhan sistem otoriter. Ini adalah masa
rasional yang mempercayai manusia dan berupaya untuk menguasai alam di mana
fenomena-fenomenanya kini dipandang erat kaitannya dengan amarah dan keridhaan
Tuhan. Namun dalam masa ini, menurut Vico, terkandung benih keruntuhan dan
kehancuran. Sebab demokrasi dan pernyataan persamaan anggota-anggota masyarakat
segera akan mendorong rakyat awam mempunyai sikap yang ekstrem dalam menuntut
hak-hak mereka yang secara bertahap kemudian mereka peroleh. Tapi ini membuat
semakin meningkatnya konflik antara kelas masyarakat, bukannya meredakannya,
sehingga melemahkan hubungan-hubungan tradisional antara kelas-kelas itu dan
membangkitkan keraguan terhadap sebagian nilai-nilai tradisional yang diterima
tradisi-tradisi sosial yang diakui. Akibatnya adalah terjadi disintegrasi dan
kerusuhan yang merupakan pertanda berakhiriya daur kebudayaan seluruhnya.
Teori
Vico ini mendapat banyak kritikan, misalnya beberapa pengkaji menyatakan bahwa
pembagian teori Vico atas perkembangan kesadaran manusia menjadi tiga fase
tersebut merupakan penyederhanaan terhadap realitas sejarah, padahal fase-fase
itu saling berjalin dan ciri-ciri setiap fase sering terdapat pada fase lain.
Oleh karena itu, Crouzet berpendapat bahwa penerapan teori itu harus ada
perkecualian. Ahli lain mengatakan bahwa ide Vico tentang tuntutan Ilahi dan
perannya dalam sejarah tidak jelas dan menimbulkan keraguan. Ia juga menyatakan
bahwa tidak semua pendapat Vico merupakan hasil
pengujian yang nyata dan banyak di antara pendapatnya itu tidak lepas
dari fanatisme.
Meskipun
banyak kritik terhadap pendapat Vico, dalam penilaianbanyak ahli, Vico teteap
dipandang sebagai bapak sejarah. Paling rendah, ia dipangdang sebagai salah seorang pengasas kajian historis pada
zaman modern. Karena itu dapat dikatakan bahwa dedikasinya terhadap sejarah
sebanding dengan dedikasi Bacon terhadap metode penelitian fisika dan dedikasi
Auguste Comte terhadap sosiologi.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Giovanni
Batistta Vico adalah seorang tokoh yang hidup pada masa transisi antara abad
pertengahan dan abad modern. Beliau lahir di Itali pada 23 Juni 1668 dan
meninggal di Naples pada 23 Januari 1744. Vico adalah seorang ahli filsafat
atau filsuf politik dari Itali, beliau juga ahli pidato, sejarawan, dan ahli
hukum.
Vico
berpemikiran bahwa sejarah mengalami perulangan, tetapi perulangan yang
dimaksud tidak kembali pada titik awal, melainkan menuju ke titik yang lebih
tinggi. Vico juga membagi sejarah kemanuisaan menjadi tiga fase, yaitu
ketuhanan, perjuangan, dan humanistis.
Daftar Pustaka
Ankersmit,
F.R. 1987. Refleksi tentang Sejarah.
Jakarta: Gramedia
Hasbullah,
Moeflih dan Dedi Supriyadi. 2012. Filsafat
Sejarah. Bandung: Pustaka Setia
Rochmat,
Saefur. 2009. Ilmu Sejarah dalam
Perspektif Ilmu Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu
Homaniora.wordpress.com/2012/12/17/tokoh-tokoh-filosof-sejarah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar