Minggu, 14 Desember 2014

Sejarah Spekulatif Menurut Vico

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Filsafat sejarah spekulatif mencari struktur dalam yang terkandung dalam proses sejarah dalam keseluruhannya. Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan sifat sifat sejarah. Biasanya ada tiga macam pertanyaan yang perlu dijawab, antara lain:
(1)   Irama atau pola dalam proses sejarah;
(2)   “Motor” atau penggerak dari proses sejarah;
(3)   Sasaran atau tujuan dari proses sejarah.
Pada zaman abad klasik dan zaman modern terdapat persamaan pemikiran, yaitu sama-sama mewujudkan pimikiran filsafat yang bersifat positif untuk membangkitkan dunia pemikiran filsafat seperti rasionalisme, subyektivistme, dan individualisme. Dunia filsafat pada abad klasik sejalan dangan abad modern mempunyai satu tujuan, yaitu menghidupkan kembalu pemikiran-pemikiran yang rasionalis berdasarkan empiris yang bersifat positif. Namun pada abad pertengahan, pemikiran filsafat terdominasi oleh ajaran gereja dan kebebasan berpikir sangat terbatas, perkembangan iptek juga sulit serta perkembangan filsafat menjadi terhambat. Kemudian muncul lah zaman modern, dimana pada zaman ini dihidupkan kembali rasionalisme keilmuan, humanism, dan lepas dari pengaruh gejera.








1.2  Rumusan Masalah
1.2.1     Bagaimana biografi seorang Vico?
1.2.2     Bagaimanakah pandangan sejarah spekulatif modern menurut Vico?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1     Untuk mengetahui bagaimana biografi seorang filosof bernama  Giovanni Batistta Vico;
1.3.2     Untuk mengetahui pemikiran Vico terhadap sejarah spekulatif.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Giovanni Batistta Vico
Giovanni Batistta Vico adalah seorang tokoh yang hidup pada masa transisi antara abad pertengahan dan abad modern. Beliau lahir di Itali pada 23 Juni 1668 dan meninggal di Naples pada 23 Januari 1744. Vico adalah seorang ahli filsafat atau filsuf politik dari Itali, beliau juga ahli pidato, sejarawan, dan ahli hukum.
Vico sering disebut sebagai filosof yang memiliki filsafat sejarah modern. Vico mengikuti serangkaian sekolah tata bahasa tetapi beliau sakit dan akhirnya mengikuti program home schooling. Setelah mengalami masa sakit tersebut pada 1686, Vico menerima posisi les di Votalla (sebuah Frazione dari pemerintah ataupun dari Perdifumo), selatan Salerno yang akan berlangsung selama Sembilan tahun. Pada 1699 beliau menikah dengan seorang teman masa kecilnya yang bernama Teresa Destito, dan mengambil bangku dalam retorika di Unieversitas Naples. Pada tahun 1734 beliau diangkat menjadi penulis sejarah kerajaan oleh  raja Naples yang bernama Charless III, dan diberikan gaji besar yang jauh melebihi dari gaji seorang professor. Vico mempertahankan jabatan rektorika sampai kesehatannya menurun dan jatuh sakit, sehingga memaksanya untuk pensiun pada 1714.






2.2 Pandangan Sejarah Spekulatif Modern Menurut Vico
Menurut Vico, sejarah kemanusiaan bias diletakkan di bawah interpretasi ilmiah yang teliti. Ia dalam karyanya The New Science, berusaha menguraikan sebab-sebab terjadinyaperubahan kulturan yang menimpa masyarakat manusia. Akibatnya ia menyimpulkan  bahwa masyarakat manusia melalui fase-fase pertumbuhan, perkembangan, kehancuran tertentu. Sebab di antara watak manusia timbul gejala-gejala tersebut pada kondisi tertentu dan sesuai dengan system-siystem tertentu. Jadi setiap kali kondisi itu terpenuhi, gejala-gejala itu pun akan timbul. Selain itu Vico berpendapat bahwa masyarakat manusia melewati berbagai lingkaran kultural, beralih dari kehidupan barbar ke kehidupan berbudaya atas tuntutan Ilahi. Akan tetapi, ciri yang menandai teori Vico tentang sejarah adalah keyakinannya bahwa berbagai aspek kebudayaan suatu masyarakat dalam fase mana pun dari sejarahnya membentuk pola-pola sama yang saling berkaitan satu sama lain secara substansial dan esensial. Jadi, apabila dalam suatu masyarakat berkembang suatu aliran seni atau keagamaan tententu, berkembang pula pola-pola tertentu dari sistem-sistem politik, ekonommi, hukum, pikiran, dan sebagainya.
Teori Vico ini mempunyai dampak terhadap filsuf sejarah berikutnya seperti Hegel, Herder, dan Karl Max. Aliran Vico tentang daur kebudayaan ini pun ditegakkan di dalam masyarakat. Sebab ia menjadikan daur kulturalnya satu sama lainnya saling berulang. Akan tetapi, perulangan tersebut tidak berarti bahwa sejarah mengulang dirinya sendiri atau kembali pada titik yang sama. Sebab, perjalanan sejarah bukan seperti roda yang berputar mengitari dirinya, jika sejaran berputar mengitari dirinya maka memungkinkan seorang filsuf dapat meramal kejadian dimasa mendatang yang sama. Menurut Vico, sejarah berputar dalam gerakan spiral yang mendaki dan selalu naik memperbaharui diri, dapat digambarkan layaknya orang mendaki gunung yang mengitar dari bawah ke atas. Setiap lingkaran selanjutnya lebih tinggi disbanding lingkaran sebelumnya. Pembaharuan diri secara terus menerus dari gerak sejarah inilah yang menjadi ciri teori Vico yang membedakannya dari teori-teori tentar daur kultural sejarah.
Teori ini konsisten dengan suatu metode yang tegar tentang gerak ulang sejarah, yang melempangkan jalan untuk berpendapat tentang kemungkinan dapat dilakukannya peramalan dalam kajijan sejarah dan sulit menerima ide kemajuan, seperti menurut Plato dan Machiavelli. Masyarakat menusia menurut Vico bergerak melalui fase-fase perkembangan tertentu yang berakhir dengan kemunduran dan selanjutnya mulai lagi dari fase yang awal dan begitu seterusnya. Dengan demikian, lingkaran-lingkaran sejarah menurut Vico dalam pendakian yang terus menerus terjalin erat dengan kemanusiaan. Dalam setiap lingkaran, pola-pola budaya yang berkembang dalam masyarakat baik agama, politik, seni, sastra, hukun, dan filsafat saling terjadi secara organis dan internal, sehingga masing-masing lingkaran itu memiliki corak kultural, khususnya yang merembes ke dalam berbagai ruang lingkup kulturalnya.
Atas dasar itu Vico mebagi sejarah kemanusiaan menjadi tiga fase yang berkesinambungan, yaitu fase teologis, fase herois, dan fase humanistis. Fase selanjutnya menurut Vico lebih tinggi dari pada fase sebelumnya.
1.      Fase Ketuhanan (Teologis).
Masa ini bermula pada waktu suatu bangsa mulai meninggalkan secara bertahap kehidupan primitif sebelumnya, untuk masuk pada masa ketuhanan. Masa ini sendiri diwarnai dengan berkembangnya berbagai khurafat dan rasa takut terhadap fenomena-fenomena alam yang dipandang sebagai kehendak Ilahi, baik yang menunjukkan kemarahan-Nya atau keridhaan-Nya. Selain itu masa ini juga didominasi oleh ide ruh baik dan ruh jahat yang menentukan nasib manusia . Lebih jauh lagi masa ini adalah masa mitologi animistis yang dikendalikan oleh kekuasaan-kekuasaan kependetaan yang menyatakan bahwa hak-haknya dalam melaksanakan apa yang dipandangnya sebagai hukum didasarkan pada kehendak tertinggi Ilahi.


2.      Fase Pahlawan (Herois).
Fase ini bermula pada waktu masyarakat masa ketuhanan bersatu dan masuk pada kesatuan yang lebih besar guna menghadapi bahaya luar atau disintegrasi internal. Pada fase ini watak manusia begitu didominasi cinta kepada kepahlawanan dan pemujaan kekuatan, agama, sastera, dan filsafat mengambil corak mitologis khusus. Sementara kekuasaan pada masa ini telah beralih dari tangan para pendeta dan tokoh agama ke tangan panglima perang dan ksatria. Dalam kondisi yang demikian kekuatan menjadi hukum yang berlaku dan kekuatan bersenjata yang menentukan kebenaran.

3.      Fase Humanistis.
Masa ini diwarnai dengan demokrasi, pengakuan kesamaan manusia, dan keruntuhan sistem otoriter. Ini adalah masa rasional yang mempercayai manusia dan berupaya untuk menguasai alam di mana fenomena-fenomenanya kini dipandang erat kaitannya dengan amarah dan keridhaan Tuhan. Namun dalam masa ini, menurut Vico, terkandung benih keruntuhan dan kehancuran. Sebab demokrasi dan pernyataan persamaan anggota-anggota masyarakat segera akan mendorong rakyat awam mempunyai sikap yang ekstrem dalam menuntut hak-hak mereka yang secara bertahap kemudian mereka peroleh. Tapi ini membuat semakin meningkatnya konflik antara kelas masyarakat, bukannya meredakannya, sehingga melemahkan hubungan-hubungan tradisional antara kelas-kelas itu dan membangkitkan keraguan terhadap sebagian nilai-nilai tradisional yang diterima tradisi-tradisi sosial yang diakui. Akibatnya adalah terjadi disintegrasi dan kerusuhan yang merupakan pertanda berakhiriya daur kebudayaan seluruhnya.


Teori Vico ini mendapat banyak kritikan, misalnya beberapa pengkaji menyatakan bahwa pembagian teori Vico atas perkembangan kesadaran manusia menjadi tiga fase tersebut merupakan penyederhanaan terhadap realitas sejarah, padahal fase-fase itu saling berjalin dan ciri-ciri setiap fase sering terdapat pada fase lain. Oleh karena itu, Crouzet berpendapat bahwa penerapan teori itu harus ada perkecualian. Ahli lain mengatakan bahwa ide Vico tentang tuntutan Ilahi dan perannya dalam sejarah tidak jelas dan menimbulkan keraguan. Ia juga menyatakan bahwa tidak semua pendapat Vico merupakan hasil  pengujian yang nyata dan banyak di antara pendapatnya itu tidak lepas dari fanatisme.
Meskipun banyak kritik terhadap pendapat Vico, dalam penilaianbanyak ahli, Vico teteap dipandang sebagai bapak sejarah. Paling rendah, ia dipangdang sebagai  salah seorang pengasas kajian historis pada zaman modern. Karena itu dapat dikatakan bahwa dedikasinya terhadap sejarah sebanding dengan dedikasi Bacon terhadap metode penelitian fisika dan dedikasi Auguste Comte terhadap sosiologi.





BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Giovanni Batistta Vico adalah seorang tokoh yang hidup pada masa transisi antara abad pertengahan dan abad modern. Beliau lahir di Itali pada 23 Juni 1668 dan meninggal di Naples pada 23 Januari 1744. Vico adalah seorang ahli filsafat atau filsuf politik dari Itali, beliau juga ahli pidato, sejarawan, dan ahli hukum.
Vico berpemikiran bahwa sejarah mengalami perulangan, tetapi perulangan yang dimaksud tidak kembali pada titik awal, melainkan menuju ke titik yang lebih tinggi. Vico juga membagi sejarah kemanuisaan menjadi tiga fase, yaitu ketuhanan, perjuangan, dan humanistis.












Daftar Pustaka
Ankersmit, F.R. 1987. Refleksi tentang Sejarah. Jakarta: Gramedia
Hasbullah, Moeflih dan Dedi Supriyadi. 2012. Filsafat Sejarah. Bandung: Pustaka Setia
Rochmat, Saefur. 2009. Ilmu Sejarah dalam Perspektif Ilmu Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu
Homaniora.wordpress.com/2012/12/17/tokoh-tokoh-filosof-sejarah/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar